Mengenai Saya

Foto saya
saya hanya seorang sederhana dan mencoba memaknai hidup saya dengan menjadi orang yang berguna

Selasa, 02 Februari 2010

menurut penelitian metode partisipasi observatif yang saya alami dalam hidup teman saya, keduanya mempunyai persamaan dalam hal seks. namun binatang lebih mempunyai akal untuk menentukan pasangannya laki-laki atau perempuan, bukan untuk menjadi homosex seperti manusia..
materi referensi:
teman seperjuangan saya





menurut para ahli hanya sebuah benang tipis yg putus antara monyet dan manusia....kalau saya seh bedanya adalah cuma satu yaitu pikiran manusia itu diberi pikiran,....jadi kalau manusia gak punya pikirn itu sama aja dengan binatang..hehehee


Itu logika silogisme [ala Aristoteles] yang saya rasa pernah kita pelajari. Intinya, segala sesuatu yang partikelir [khusus] harus mengikuti yang universal [umum]. Maaf kalau mengkaitkannya dengan mantan presiden Soeharto yang baru saja meninggal dunia.

Logika itu tidak bisa dibalik menjadi seperti ini :

Semua manusia mati. Soeharto mati.
[maka] Soeharto manusia.
Bisa menemukan perbedaannya kan ? Kalau belum, silakan lihat [tulisan ini]
Dari logika itu, selain inti logikanya sendiri dan juga fallacy-fallacy yang mengikutinya, kita bisa mengambil salah satu hakikat manusia yang biasanya selalu dikaitkan dengan siklus kehidupan, yaitu MATI. Lahir dan mati adalah hakikat manusia. Ditengah-tengah antara kedua hal itulah, manusia adalah suatu eksistensi. Tapi apa sebenarnya manusia itu memang banyak menimbulkan pertanyaan.

************

Sejak ribuan tahun yang lalu, para filsuf telah berusaha menjawab satu pertanyaan dasar yang sampai sekarang masih terus dilakukan. Yaitu : Apakah manusia itu ? Pertanyaan ini juga berhubungan dengan apa hakikat, esensi, substansi, dan eksistensi dari manusia. Pertanyaan-pertanyaan lain juga menyusul, termasuk apa perbedaan utama antara manusia dengan makhluk hidup yang lainnya. Jika ada perbedaannya, maka apa dasar [fundamental] dari perbedaan itu.
Ada satu pandangan pemikiran yang bercorak filsafat antropologis yang mencoba menjawab pertanyaan tentang manusia. Pemikiran ini dulu sering diungkapkan oleh Guru saya, Prof. Fuad Hassan ketika menjelaskan tentang filsafat manusia : Ernst Cassirer.
Ada beberapa karya Cassirer yang membahas tentang masalah itu, dan dari sekian banyak bukunya, ada 3 buku yang pernah saya baca, yaitu An Essay on Man, Philosophy of Symbolic Forms, dan Philosophy of the Enlightenment.
Cassirer pada dasarnya tidak terlalu menjauhkan perbedaan antara manusia dan binatang. Dia menyoroti satu sisi dari manusia yang sering terlewatkan dalam sejarah pemikiran filsafat tentang manusia, yaitu manusia sebagai makhluk kultural. Banyak yang mengatakan bahwa Cassirer mencoba menggeser strukturalisme ke arah kulturalisme. Tapi, pemikiran-pemikiran Cassirer, menurut saya, jarang terdengar dan kurang terkenal.
Dunia manusia adalah dunia yang terdiri atas 2 bagian :

• Sign (tanda)
Pada dasarnya, sign dimiliki juga oleh binatang, ketika binatang bereaksi terhadap suatu stimulus yang menghasilkan suatu respon. Respon yang ditampilkan dalam sign adalah respon yang berinterpretasi tunggal (mono-interpretation).
Pada binatang itu bisa dilihat dengan jelas. Misalnya ketika seekor anjing memberikan tanda berupa air kencing pada suatu benda/daerah, maka bagi si anjing hal itu berarti benda/daerah itu adalah daerah “kekuasaannya”. Respon lain bisa kita lihat ketika kita memberikan makan hewan peliharaan maka apa yang kita lakukan diartikan oleh hewan itu sebagai tanda bahwa dia akan mendapat makanan. Lihat lagi percobaan Pavlov dengan anjing.
Pada manusia, sign bisa dilihat pada rambu-rambu lalu lintas atau tanda baca yang digunakan dalam menulis. Tanda dan rambu itu selalu bermakna tunggal. Karena hanya sopir gila yang menerobos lampu lalu lintas dan penulis gila yang menulis tanpa tanda baca.
Sign lebih banyak dipengaruhi oleh insting dan naluri dari “binatang” yang bereaksi secara terbatas dengan satu interpretasi terhadap lingkungan sekitarnya.

• Symbol (lambang)
Berbeda dengan sign, symbol (lambang) tidak terbatas pada satu interpretasi saja. Simbol penuh dengan multi-interpretasi. Simbol adalah ciri perkembangan “inteligensi” manusia yang membuatnya mampu untuk menginterpretasikan dunianya dan lingkungan sekitarnya dengan cara-cara yang berbeda, dibanding dengan binatang.
Simbol juga adalah suatu sistem yang kompleks. “From animal reactions to human responses“, itu adalah ungkapan dari Cassirer yang mengatakan bahwa interpretasi manusia terhadap symbol tidak terbatas pada “animal reaction” belaka tetapi respons yang kompleks dan multi interpretasi.
Pendekatan Cassirer adalah pendekatan budaya (cultural approach). Budaya adalah tanda bekerjanya sistem lambang (symbolic system) pada manusia yang berujung pada 5 bagian, yaitu :
1. Bahasa
2. Religi (Agama)
3. Seni
4. Sejarah
5. Ilmu Pengetahuan

Cassirer membedakan manusia pada suatu quote yang terkenal, yaitu bahwa manusia adalah “binatang” yang memakai sistem simbol (animal symbolicum) dalam kehidupannya.
Hakikat manusia adalah Animal Symbolicum.
Sistem perlambangan itu dapat dilihat pada 5 matra (seni, sejarah, bahasa, agama, dan ilmu) yang digambarkan diatas. Itu adalah perbedaan utama antara manusia dan binatang.
Binatang hanya mampu bereaksi (actions) pada apa yang nyata saja (the real). Binatang tidak mampu bereaksi pada kondisi-kondisi yang mungkin (the possible) dalam dirinya. Reaksi binatang hanya terbatas pada “apa yang dialaminya secara nyata disini dan dan saat ini (here-and-now)” dan tidak bisa bereaksi lebih jauh lagi dari itu.
Manusia berbeda. Manusia tidak hanya bereaksi pada kondisi sekarang dan saat ini (here-and-now) tetapi mampu berespons pada berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan kata lain, manusia bisa memasuki apa yang masih “disana dan nanti” (there-and-then).
Itulah makanya bahwa dunia manusia adalah dunia serba kemungkinan, yang tidak ditemukan pada binatang. Manusia mampu mentrasendensikan dirinya dari kondisi sekarang dan disini (here and now) menuju pada kondisi yang memungkinkan dan masih tidak nyata (there-and-then).
Itulah makna dari ungkapan “Men Transcends the Real into the Possible“. Dunia manusia adalah dunia serba kemungkinan dan dengan kemungkinan itu maka manusia bisa memasuki dunia yang “masih belum nyata” dan bisa menjadikannya nyata.

Walaupun melakukan pendekatan budaya dan antropologis terhadap manusia, Cassirer pada dasarnya masih berpendapat bahwa manusia tidak lain adalah binatang, yang membedakannya adalah manusia memakai simbol-simbol yang tidak terdapat pada binatang. Dan dengan simbol-simbol itu, manusia mampu mengembangkan dirinya lewat 5 bagian (matra) dan juga mampu untuk mentransendensikan dirinya pada “dunia yang serba mungkin”.
Walaupun menjelaskan perbedaan manusia dan binatang, pendekatan ini tetap saja menganggap manusia adalah binatang yang memakai “sesuatu” agar terlihat berbeda dengan binatang.
Bagi saya, sebagai “BEING“, manusia memang terikat pada dan merupakan hasil dari budaya. Pendekatan Cassirer ini berusaha mengikatkan manusia pada budaya [habitus] dimana dia hidup dan mengkaitkannya dengan perbedaan manusia dengan binatang.
Hakikat dan eksistensi manusia bisa dilihat jika dilakukan perbandingan [dengan binatang]. Tetapi apakah itu sudah mampu menjawab pertanyaan besar diatas, saya masih meragukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

digital camera

laptop