Mengenai Saya

Foto saya
saya hanya seorang sederhana dan mencoba memaknai hidup saya dengan menjadi orang yang berguna

Selasa, 02 Februari 2010

Apabila kita mengamati dan kemudian mendeskripsikan ‘kelakuan’ binatang, dari cara mencari makan sampai melindungi keturunan, akan didapati pola-pola kelakuannya. Pada kadar tertentu pola kelakuan binatang mempunyai kesamaan, baik secara umum, atau pun pada jenis, atau pada komunitas. Intinya, pola umum pola kelakuan binatang dapat dideskripsikan (secara umum).

Lain binatang, lain manusia. Manusia, sekalipun mengenal pola umum, sulit mendeskripsikan pola kelakukannya. Jangankan menyeluruh, untuk pilahan ras, antara Mongloid dan Kaukasoid saja berbeda. Bahkan, masing-masing individu susah dipahami. Berbeda dengan binatang, kelakuan manusia bukan hanya dipantik oleh sistem organik biologisnya, tetapi sangat dipengaruhi oleh akal dan jiwanya sehingga variannya sangat beragam.

Ya, manusia sangat unik. Karena itu, para ahli ilmu sosial tidak lagi berbicara tentang pola-pola kelakuan (patterns of behavior), melainkan mengenal pola-pola tingkah laku, atau pola-pola tindakan (patterns of action). Kalau berbicara ‘pola kelakukan’ manusia kita meluncur pada hal sangat khusus, yaitu kelakuan manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakuan yang lepas dari akal dan jiwanya.

Apabila seseorang lapar, melihat makanan, memakan tanpa pertimbangan, berarti kembali ke ‘sipat dasarnya’. Ketika seorang siswa mengikuti ujian nasional (UN), menjawab berdasarkan krepekan, jasa SMS, atau joki, atau dijawabkan guru sementara pengawas seolah-olah tidak melihat, pola demikian pada bukan masyarakat manusia.

Unsur-unsur akal dan jiwa manusia sangat menentukan perbedaan tindakan individu. Itulah yang dimaksud dengan kepribadian alias personality. Secara umum unsur kepribadian dapat dipilah kepada pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
Pengetahuan
Pengetahun diperdapat melalui persentuhan dengan dunia di luar diri. Pengalaman, hal-hal yang didapat melalui alat indera, bersemayam di otak; diolah dan direkam. Pengambarannya disebut persepsi. Karena itu kalau berbicara gunung (konkret) atau demokrasi (abstrak) persepsi setiap orang belum tentu sama.

Persepsi selalu berkembang. Kalau mendapat hal-hal baru, bisa pula hasil olahan pikiran, atau tilikan perhatian sangat intens terhadap bagian tertentu (persepsi), akan muncul pengambaran baru yang dinamakan apersepsi.

Kalau persepsi diproyeksikan menjadi pengambaran sangat khusus, fokus, yang menarik perhatian, dan karena itu, merupakan hasil pemusatan akal, disebut pengamatan.

Apabila bagian-bagian pengambaran digabung berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten, itulah konsep; pengambaran baru bersifat abstrak berdasarakan proses akal. Kita bisa mengambarkan bulan, Ka’bah —sekalipun tidak melihat— atau yang abstrak semisal kesejahteraan atau keamanan. Dunia otak adalah dunia konsep.

Ada kalanya pengambaran dilebih-lebihkan atau dikurangi. Itulah fantasi. Manusia sering terjebak fantasi manakala tidak bisa membedakakan kenyataan dan alam pikirannya yang benar menurut dirinya. Berfantasi bagus, tapi fantasai bukanlah kenyataan.

Persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi menyusun’ pengetahuan individu yang sadar (concious). Adakalahnya disimpan di alam ‘bawah sadar’ (sub-conscious) karena terdesak atas beberapa sebab. Apabila terdesak begitu kuat akan tersimpan dalam alam ‘tak sadar’ (unconscious). Kalau sudah begitu akan terpecah-belah, terlarut tidak keruan yang kadang muncul ketika ‘tidak sadar’; mengigau, atau bermimpi. Tidak heran kan, suatu ketika Sampeyan ‘bersetubuh’ dengan J-Lo?
Perasaaan
Pernah melihat foto Dian Sastro? Selebritas cantik tersebut, adakalanya diandaikan dijadikan pacar, digambarkan, gimana gitu. Atau, pernah membayangkan bagaimana penjajah Belanda menguber-nguber Tuanku Iman Bonjol? Kita membaca keculasan Belanda dari buku sejarah hingga muncul perasaan, gimana gitu.

Apabila seseorang mengambarkan dalam kesadarannya sesuatu yang dihubungkan dengan akalnya dan menjadi apersepsi, seolah-olah realistik, menimbulkan dalam kesadarannya suatu ‘perasaan’. Apabila dapat ‘memenuhi’ keinginnya, dinamakan perasaan yang positif. Sebaliknya persepsi-persepsi yang tidak dikehendaki menimbulkan perasaan yang negatif.

Alam kesadaran manusia berisi pengetahuan dan perasaan. Perasaan adalah keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Karena itu, perasaan sangat subyektif; menurut ukuran perasa.

Perasaan, karena berdasarakan penilai sesuatu berdasarkan pengetahuan individu, menimbulkan kehendak. Kehendak bisa positif, bisa negatif. Apabila begitu kuatnya menjadi keinginan. Puncaknya kalau tidak dapat dikendalian berubah menjadi emosi. Kalau sudah emosi, berarti … kembali ke asal muasal; sifat-sifat binatang.

Dorongan Naluri
Kesadaran karena bukan pengaruh pengetahuan, tetapi karena dorongan naluri, disebut dorongan (drive). Misalnya, dorongan mempertahan hidup, mencari makan, sex, bergaul, meniru, berbakti, keindahan dan bla-bla. Hal ini berlaku umum, termasuk juga pada ‘sepupu’ Sampeyan, binatang.

Jadi, kini tinggal memilah dan memilih, dalam membangun kepribadian, unsur mana yang akan ‘ditanamkan’ lebih dominan, Jalan menjadi manusia, atau jalan menjadi binatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

digital camera

laptop