Mengenai Saya

Foto saya
saya hanya seorang sederhana dan mencoba memaknai hidup saya dengan menjadi orang yang berguna

Jumat, 26 Maret 2010

KATA PENGANTAR



Bismillahirrohmanirrohim
Hamdan waassalaman a’mma ba’du

Syukur Al-hamdulillah kehadirat ALLAH SWT,Illahi Robbi,yang maha agung atas segala hak,yang merupakan Haqul haq,yang telah melimpahkan rahmad,hidayah dan taufik-Nya.yang masih memberikan nikmat iman,nikmat islam,dan nikmat ihsan kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik serta selesai dalam waktu yang tepat sesuai pada waktu yang ditentukan.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah “FILSAFAT” semester dua(II),kami berharap makalah ini bisa menjadi salah satu wahana yang penting bagi kita semua untuk dapat mengerti dan memahami kunci dasar dari filsafat secara mendetail.kami mencoba untuk mengulasnya tentang “empirisme dan pemikiran induktif”,dengan sajian yang sederhana dan mudah untuk dipahami.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini kami terima dengan tangan terbuka.

Akhirnya,tak lupa juga kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut berperan dalam mensukseskan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.


Jombang,23 maret 2010



















DAFTAR ISI


Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
1.3 Batasan masalah
1.3.1 empirisme dan pemikiran induktif


BAB II PEMBAHASAN(ISI)

2.1 Pengertian empirisme
2.2 Tokoh-tokoh Empirisme
2.3 Jenis-jenis Empirisme
2.4 Pengertian pemikiran induktif
2.5 kekurangan pemikiran induktif

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran


DAFTAR PUSTAKA














BAB I : PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang

Empirisme yaitu pola berfikir yang menganggap bahwa kejadian masa lalu adalah suatu kebenaran.sedangkan berfikir induktif adalah mengambil kesimpulan dari kejadian yang telah terjadi.mengambil suatu konklusi dari setiap problem yang terpacu pada kejadian di masa lampau.pemikiran secara empiris dan induktif merupakan metode awal untuk seseorang dapat mengetahui secara kompleks bagaimana filsafat ilmu itu ada.
Statement dari suatu pemikiran tidak terlepas dari pemikiran induktif,karena sebagai tolak ukur seseorang untuk mengkaji filsafat secara mendalam.prosentasenya sangat besar,karena masalah tersebut sudah mengalami proses yang panjang serta terbukti akan kebenarannya.oleh karena itu, kami mengangkat tema” empirisme dan pemikiran induktif” sebagai media pembahasan kami.meskipun berasal dari pengertian yang sangat sederhana tetapi memberikan efek yang besar terhadap seseorang yang ingin mengetahui tentang filsafat secara mendetail.



1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk melengkapi tugas FILSAFAT yang diberikan oleh bapak Drs.M.Adib,MA

1.2.2 Tujuan khusus

Sebagai wahana yang penting untuk mengerti dan memahami tentang FILSAFAT,serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang prospek filsafat.



1.3 Batasan masalah

Empirisme dan pemikiran induktif








BAB II : PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Empirisme
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme diartikan sebagai faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi tersebut.
Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.


2.2 Sejarah empirisme


Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

A. John Locke (1632-1704)

Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.

Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).

b. David Hume (1711-1776).

David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.

Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.



2.3 Jenis-jenis Empirisme

1. Empirio-kritisisme

Disebut juga Machisme. sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.


2. Empirisme Logis

Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :

a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.


3. Empiris Radikal

Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.


2.4 Pengertian pemikiran induktif


Apakah yang dimaksud dengan penalaran atau berfikir secara Induktif? Berfikir secara induktif merupakan suatu cara berfikir dengan mendasarkan pada pengalaman pengalaman yang diulang ulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing fakta memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.

Kasus khusus:

1. Andi mati
2. Eko mati
3. Budi mati
4. dst

Andi Eko Budi dst adalah manusia

maka kasus umumnya dapat dipahami atau disimpulkan:

Manusia pasti mati

Berfikir secara induktif merupakan suatu alat generalisasi dari pemikiran kita untuk kemudian dijadikan suatu pegangan umum atas kejadiaan tertentu. Sains probabilistik biasa sangat menyukai cara pandang seperti ini. Kebanyakan dari pengetahuan sehari hari kita juga merupakan hasil dari berfikir induktif. Api itu panas. Es itu dingin. Mendung itu pertanda akan hujan, dsb merupakan hasil dari pola pikir induktif.


2.5 kekurangan pemikiran induktif


Penalaran induktif bukan merupakan prediksi yang benar-benar akurat. Induktif bisa dihasilkan karena pengulangan-pengulangan secara terus menerus. Misalkan seekor ayam diberi makan oleh pemiliknya sedemikian sehingga ayam tersebut setiap kali pemiliknya mendekat selalu tahu bahwa saat itulah ia akan disuguhi makanan yang akan mengenyangkan dirinya. Dengan demikian ayam (secara instingtif atau behavioristis) memiliki pengetahuan atas suguhan makanan yang akan dimakan lewat kasus pembiasaan yang diulang ulang. Ayam sampai pada kesimpulan bahwa majikan datang sama dengan makanan datang. Ini merupakan kesimpulan umumnya.

Namun suatu ketika majikan datang dan sang ayampun mendekat. Bukan makanan yang di dapat oleh sang ayam tapi tebasan pisau yang meneteskan darah dilehernya. Majikan datang sama dengan maut. Dengan demikian kesimpulan umum bahwa majikan datang sama dengan makanan menjadi sebuah pengetahuan yang salah dan menjerumuskan sang ayam itu sendiri.

Tidak beda dengan hal ini adalah kepercayaan kita atas terbitnya matahari dari timur. Karena setiap hari matahari selalu saja terbit dari timur (walaupun mengalami pergeseran sedikit kearah utara atau selatan), hal ini tidaklah menjadikan kesimpulan bahwa matahari selalu terbit dari timur merupakan sebuah kebenaran mutlak. Tidak menutup kemungkinan suatu saat matahari bisa terbit dari barat, utara atau selatan.

Disini terdapat satu bukti rasional bahwa penalaran induktif bisa jadi menghasilkan kesimpulan yang berbahaya dan salah kaprah. Pengetahuan kita yang bersumber dari penalaran atau pemikiran induktif bisa jadi salah. Bukan makanan yang datang melainkan kematian. Demikianlah seperti contoh sang ayam.

Kritik kedua. Penalaran induksi seringkali dikaitkan dengan sebuah korelasi atau hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dua buah kejadian yang berbeda. Hasil-hasil kesimpulan secara induksi juga dikaitkan dengan kausalitas sebuah kejadian. Karena sedemikian sering kejadian A diikuti oleh kejadian B, maka diambil kesimpulan bahwa kejadian A merupakan penyebab kejadian B. Hutan yang gundul menyebabkan banjir. Pengeboran lumpur Lapindo menyebabkan luapan lumpur. Dan sebagainya-sebagainya.

Sekarang simak contoh berikut. Dua buah jam dihadapkan di depan anda. Salah satu jam tersebut pada setiap perputaran satu jam akan berdering, tetapi jam satunya lagi tidak. Nah ketika jam A yang tidak berdering itu menunjukkan jam 12 maka sedetik kemudian diikuti oleh dering jam B. Demikian sampai berpuluh-puluh maupun berjuta-juta kali. Apakah bisa diambil kesimpulan bahwa jam A mengakibatkan jam B berdering?

Kemudian lewat sebuah penelitian induktif (ini imajinasi saya) diketahui bahwa terdapat korelasi nyata yang menyatakan setiap kali seekor domba kencing di Depan kampus UNIPDU, maka Daerah UNIPDU akan kebanjiran. Apakah kesimpulan ini bisa dikaitkan dengan proses kausalitas?

Inilah yang menjadi kritik kedua atas penalaran induktif. Penalaran induktif memang membantu kita dalam memahami, memprediksi, dan mengontrol sesuatu. Namun tidak semua hal bisa dipercaya dengan melakukan penalaran induktif. Penalaran induktif sekarang ini masih sering digunakan sebagai salah satu pengetahuan yang “ilmiah” dalam persoalan-persoalan kehidupan. Baik itu kesehatan, biologi, psikologi dan sebagainya. Contoh nyata dari aplikasi penalaran induktif adalah penelitian-penelitian yang bersifat statistikal yang mendasarkan pada sampel-sampel.










BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan dan saran

Empirisme maupun cara berpikir induktif sama-sama berdasar kejadian nyata atau inderawi, pola pikir induktif dan empirisme bisa membantu kita dalam memahami, memprediksi dan mengontrol sesuatu, bahkan pola pikir induktif adalah pola pikir yang digunakan dalam penelitian penelitian berbagai disiplin ilmu,namun pola pikir ini tidak bisa dijadikan landasan sepenuhnya karena banyak kejadian yang tidak sesuai bila kita selalu menggunakan pola pikir induktif dan emperisme untuk mengambil keputusan, jadi kita harus berpikir kembali bila empirisme dan pola berpikir induktif dijadikan satu-satunya landasan atau dasar untuk mengambil kesimpulan, jadi menurut kami kita harus juga menggunakan ratio untuk mengambil keputusan.





























DAFTAR PUSTAKA

Locke John, 1600. essay concerning human understanding.

Locke John, 1689-1692. letters on tolerantion.

Hume David, 1748. Encuiry concercing humen understanding.

Hume David, 1751. an encuiry into the principles of moral.

Locke John, 1690. two treatises on government

WWW.google.com



































MAKALAH


EMPIRISME DAN PEMIKIRAN INDUKTIF







OLEH:
1. JOHAN SETIAWAN
2. SITI KHODIJAH
3. SUTRISNO
4. IKA AYU HERWINDA
5. HIGYANTI HIJJAH

Kamis, 25 Maret 2010

KATA PENGANTAR



Bismillahirrohmanirrohim
Hamdan waassalaman a’mma ba’du

Syukur Al-hamdulillah kehadirat ALLAH SWT,Illahi Robbi,yang maha agung atas segala hak,yang merupakan Haqul haq,yang telah melimpahkan rahmad,hidayah dan taufik-Nya.yang masih memberikan nikmat iman,nikmat islam,dan nikmat ihsan kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik serta selesai dalam waktu yang tepat sesuai pada waktu yang ditentukan.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah “FILSAFAT” semester dua(II),kami berharap makalah ini bisa menjadi salah satu wahana yang penting bagi kita semua untuk dapat mengerti dan memahami kunci dasar dari filsafat secara mendetail.kami mencoba untuk mengulasnya tentang “empirisme dan pemikiran induktif”,dengan sajian yang sederhana dan mudah untuk dipahami.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini kami terima dengan tngan terbuka.

Akhirnya,tak lupa juga kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut berperan dalam mensukseskan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.


Jombang,23 maret 2010






















DAFTAR ISI


Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
1.3 Batasan masalah
1.3.1 empirisme dan pemikiran induktif
BAB II PEMBAHASAN(ISI)
2.1 Pengertian empirisme
2.2
2.3
2.4 Pengertian pemikiran induktif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA































BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang

Empirisme yaitu pola berfikir yang menganggap bahwa kejadian masa lalu adalah suatu kebenaran.sedangkan berfikir induktif adalah mengambil kesimpulan dari kejadian yang telah terjadi.mengambil suatu konklusi dari setiap problem yang terpacu pada kejadian di masa lampau.pemikiran secara empiris dan induktif merupakan metode awal untuk seseorang dapat mengetahui secara kompleks bagaimana filsafat ilmu itu ada.
Statement dari suatu pemikiran tidak terlepas dari pemikiran induktif,karena sebagai tolak ukur seseorang untuk mengkaji filsafat secara mendalam.prosentasenya sangat besar,karena masalah tersebut sudah mengalami proses yang panjang serta terbukti akan kebenarannya.oleh karena itu, kami mengangkat tema” empirisme dan pemikiran induktif” sebagai media pembahasan kami.meskipun berasal dari pengertian yang sangat sederhana tetapi memberikan efek yang besar terhadap seseorang yang ingin mengetahui tentang filsafat secara mendetail.



1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk melengkapi tugas FILSAFAT yang diberikan oleh bapak Drs.M.Adib,MA

1.2.2 Tujuan khusus

Sebagai wahana yang penting untuk mengerti dan memahami tentang FILSAFAT,serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang prospek filsafat.



1.3 Batasan masalah

Empirisme dan pemikiran induktif






BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Empirisme

























BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran










DAFTAR PUSTAKA


MAKALAH


EMPIRISME DAN PEMIKIRAN INDUKTIF











OLEH:

1.JOHAN SETIAWAN
2.SITI KHODIJAH
3.SUTRISNO
4.IKA AYU HERWINDA
5.HIGYANTI HIJJAH





FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1-KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG

Senin, 08 Februari 2010

Overuse Of Antibiotics
We are overusing antibiotics so that bacterial resistance is becoming a significant threat. The CDC has estimated that treatment of infections due to resistant bacteria costs more than $4 billion annually. There are many factors associated with increasing resistance.
Increased antimicrobial use in the community and hospital
- ncrease in empiric antibiotics
- Prolonged and broad-spectrum antibiotic courses
- Repeated antibiotic courses
- Prolonged Hospitalizations
- Severely ill patient status
- Immunocompromised state
- Increase use of intravascular devices and catheters
- Inadequate infection control procedures
- Antibiotic use in animals and agriculture
The medical community can help curb this problem by offering the patient narrow spectrum or older antibiotics, shorter duration of therapy when appropriate and manipulating the dose of antibiotics. Perhaps even more importantly, doctors need to educate their patients regarding the risk of using antibiotics and spend more time discussing prevention. Patients would be wise to ask if there are any other options to consider, if watchful waiting is an option and if the antibiotic is specific for the condition.
Together, we can reduce this significant threat of bacterial resistance.
Keeping Dust Under Control with a Dust Spray
For those with allergies or asthma, keeping dust under control is essential to overall health. It is also a good idea for those without any health problems and a buildup of dust can cause cold-like symptoms if breathed in too much. Additionally, too much dust attracts other nuisances such as dust mites, which live in dust and can spread to other parts of your home. A dust spray can help prevent dust from flying around in the air as you clean, making cleanup much more effective and sanitary. Dust mites do not simply live in the layer of dust across the uppermost shelf in your home. They also live in bedding, couches, carpet, stuffed toys and old clothing, and are similar in appearance to spiders or ticks--although they cannot be seen by the naked eye. There are two types of dust mites, American and European house dust mites. As you may know, much of what we see as dust is actually dead skin that we people shed on a regular basis. Dust mites feed off of dead skin and other organic materials in dust. You may have dust mites and not know it--only people who are allergic will react to dust mites. Dust mites also shed their skin, and people who are allergic react to this dead skin and dust mite feces. Reactions can range from a runny nose to a severe asthma attack. Dust mites can be difficult to get rid of, and they prefer humid environments, so avoid using humidifiers if you have a dust mite problem. For people with sever reactions, measures that are more drastic may be required, such as encasing bedding in plastic covers and removing draperies. For those with less serious reactions, a regular control program can make a big difference. Using a spray for dust mites is one method to keep the problem under control. Dust spray binds the dust, making it easier to clean and remove. It can also be used on multiple surfaces, such as floors, shelves, furniture, window blinds, lamps, picture frames, and more. Dust mite spray allows you to clean all over the house and reduce the chances of dust mites spreading. Because dust spray helps keep dust "together," it can be used with a wide range of dusting tools, which makes cleaning easier because you can use a long-handled duster in combination with a dust spray and not worry about the dust falling back to the floor. Instead, it will be trapped in the duster by the dust spray. Be sure to clean your dusting tools effectively, particularly if you have a dust mite problem and are using a dust mite spray. After dusting, take the tools outside away from the house. Give the tools a good shake to remove the dust from the tool. Avoid banging the tools on the wall or concrete, as this can damage them. Depending on the tool you use, you may be able to wash the duster. Using a dust spray in combination with a synthetic duster can be a great solution to a dust mite problem. A spray for dust mites binds the dust, and the synthetic cleaner can be washed afterward with warm, soapy water. Be sure to store your dusters in a way that keeps pressure off the dusting head, as this can damage them. Dust spray also works great with dusting cloths, and these can be machine washed afterward. Even when using a dust spray, it is a good idea to use top-down cleaning. Start with the uppermost areas and work your way down. This way, should any dust float downward, you can "catch" it as you work from the upper shelves or taller furniture down to the lower shelves and furniture. To minimize "losing" some dust, spray your tool directly with the dust spray rather than spraying the furniture directly. The pressure from the sprayer can blow dust away on furniture, but this will not happen when spraying the cleaning tool. To keep dust and dust mites under control, dust with a dust spray every time. Even if there is no visible dust, that does not mean it is not there. Dust mites cannot be seen by the naked eye, so regular cleaning is essential. Also, consider using other preventative measures such as an indoor air filter. A filtered vacuum can also help keep the problem under control.
How to Relief with Allergies?
What are Allergies?
An allergies is an abnormal reaction to ordinarily harmless substance or substances. These sensitizing substances, called allergens, may be inhaled, swallowed or come into contact with the skin.Substances that cause allergic reactions, such as certain foods, dust, plant pollen, or medicines, are known as allergens.
What are the Symptoms of Allergies ?
An allergy is actually a malfunction of the immune system, which attacks invaders or antibodies.Allergic reactions can be mild, like a runny nose, or they can be severe, like difficulty breathing.Allergic asthma caused by allergens such as mites and pollens, and stinging insect allergy.Allergic reaction to something that is breathed into the lungs in a person who is susceptible.
What Medications to Treat Allergies?
Medications such as pills or nasal sprays are often used to treat allergies.Many effective medications are available to treat common allergies. AANGAMIK DMG:
AANGAMIK DMG is the only pure DMG product that contains no fillers or binders and is therefore pure and non-allergenic.
Allercetin Allergy & Sinus:
Allercetin is a Bio-Aligned Formula that utilizes natural homeopathic remedies for the treatment of allergies.
Allergiemittel AllerAide:
Allergiemittel AllerAide temporarily relieves minor allergic symptoms such as sneezing, itching, runny nose, watery eyes, eczema, wheezing, and shortness of breath caused by allergies.
How to care with Allergies?
1.Wear a mask whenever dusting or mowing a lawn Stop smoking.
2.Keep family pets out of certain rooms, like your bedroom, and bathe them if necessary.
3.Avoid using aspirin, which has been reported to allow food allergens to be more effectively absorbed by the body.
4.Remove carpets or rugs from your room.Install an air-purification system at home
Historical Fact
Based on historical data, no team from Europe has ever lifted the World Cup outside Europe. A country from the host continent eventually won every single World Cup except for Brazil in 1958 when they won in Sweden. When the first World Cup on Asian soil was held in 2002 in Korea and Japan, the eventual winner was not an Asian country but Brazil again. Asian countries were not ready to win yet, although S. Korea came close. These are the historical facts of the World Cup for the past 100 plus years. Eight years on, do you think an African country is actually ready to lift the World Cup on their home soil? Foolhardy are the ones who bet against history.
Our approach will be to bet on a South American country to lift the World Cup again outside of Europe, with some money put into an African country to do a first in history.
Analysis of Teams
Brazil has been winning too often and their odds are pretty low at 4.5, but still good. Some money must go to them.
Argentina is the dark horse. Not many people give them a chance because they have a certain eccentric Diego Maradona at their helm. They do have wonderfully talented players at their disposal and I just have this feeling that they will make all their critics eat their words by bonding together despite all their unwanted attention on Diego. Reminds me a bit of Italy at the last World Cup. The Italians had lots of trouble with team spirit, someone dying and so on. But they managed to use that as a bonding tool to get the team together to play effective football to win the World Cup.
England, as usual is over rated. Fabio Capello will only get them so far. History will not be kind to this talented lot of players. Gerard, Rooney, Lampard, Terry will have a good World Cup, but only up to the Semis again. I have a strange feeling that they will go out on penalties again. Guess who will miss the crucial spot kick?
My, famed Portugal will go out in round one this time. Too bad they are in the group of Death. They are too dependent on Ronaldo. I am afraid Carlos is not a Scolari this time round. Anyway, apart from Ronaldo, the other players are all mediocre.
I like the African teams. This World Cup might just be their one. Over the past World Cups they have shown the world that they are talented, skillful and capable of upsetting the best. Remember Roger Milla and the Indomitable Lions. Now with more high profile players in Europe and more importantly, with better technical coaches hired, and on their home soil, this could be the World Cup that new grounds are broken. The first African Nation to lift the World Cup on home soil? It will not be South Africa, not with Piennar type of players. The real caliber players are with Ivory Coast and even Ghana. Players like Drogba, Toure, Kalou, Essien are great players with great experience. They might just take the next great leap for African players.
H5N1
H5N1 is the virulent strain that causes avian influenza or bird flu. This strain is commonly present in the gut of the wild migratory birds but due to their natural resistance it does not have any effect on them. When wild and domestic stocks mix and the strain passes over to domestic poultry, it turns fatal. This has been clearly indicated by recent large scale outbreaks in China and other South East Asian countries. Strong measures including quarantine and culling by health authorities did not stop the spread of the infection, which soon emerged in far away places like Africa and Europe. India was badly hit by the outbreak and Central and State Government departments took emergency steps to contain its spread and provide relief to those poultry farmers who lost their entire stock in the process. As all were concentrating on measures to contain the virus, news came of the H5N1 virus infecting some humans who were in the close proximity of the infected birds and were constantly exposed to their body secretions. It took a while for medical scientists to analyse the infection but once it was confirmed, another battle front needed immediate attention. WHO (World Health Organisation) lead the global fight against H5N1 virus and world wide pharmaceutical companies began manufacturing anti flu drugs. Some of the most noted and effective drugs against bird flu are amantadine, Relenza, Rimantadine, tami flu and Oseltamivir. These drugs when administered shortly after infection set in were successful to varying degrees in fighting the virus and its flu type symptoms. In some severe cases of bird flu, respiratory track complications lead to fatalities. Health authorities were concerned about human to human infection. This was reported from some areas but it was also observed that the infection did not persist beyond the second host. If this had not been the case we would have been living through a worst nightmare of modern times. It is natural to panic when such a virus strain spreads defying geographical limits. Some people began to hoard anti flu drugs fearing a major outbreak. Luckily it did not come about. Today the virus seems to have gone dormant once again. But this is the most critical period that we should utilise to strengthen our defenses and put into place contingency measures which will automatically kick-in in the case of the next major outbreak. Poultry management techniques have since been reviewed and altered to include stringent health check-ups of domestic birds. A proactive approach is necessary to prevent another incident. Hopefully we will learn from past experience and provide for a safe future. “Join our fight against counterfeit drugs

digital camera

laptop